Gio : “ Indonesia punya Strong Foundation melawan krisis”
Webinar Series Part I : Kewirausahaan dan Digitalpreneur
REVOLUSIMENTAL.POLTEKPOS.AC.ID, BANDUNG - Sebagai pembuka pelatihan pada webinar series
ini (5/12), tim panitia menghadirkan satu narasumber dari MARKPLUS INSTITUTE, Giovanni
Alexander, Head of Digital Knowledge and Financial Service Industry, yang
merupakan milenial bertalenta dengan segudang pengalaman.
Dalam paparan Gio, demikian panggilan akrabnya, mengungkapkan Indonesia memiliki pondasi kuat dalam melawan
krisis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan dengan ke-empat negara tetangganya; Filipina,
Thailand, Malaysia dan Singapura. Hal yang tidak dapat dipungkiri adalah tren kewirausahaan masyarakat
menjadi salah satu faktor penentunya. Meski pada kuartal ke 2 dan ke 3 masih
menghadapi minus namun sebagai negara kepulauan dengan berpenduduk besar tentu
saja memiliki tantangan yang jauh berbeda sehingga keadaan ini masih masuk
dalam kategori baik.
Maraknya bisnis wirausaha di tengah
masa pandemic sebagai akibat PHK yang dilakukan perusahaan-perusahaan yang
tidak mampu mempertahankan produksinya ternyata melahirkan tatanan baru dalam
memandang krisis.
Gio menunjukkan peluang-peluang terbuka bagi bisnis wirausaha di tengah pandemic melalui digitalisasi. Berbagai survey mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk mengembangkan digitalisasi bisnis atau digitalpreneur. 56 Juta peluang pembeli digital baru hingga tahun 2022 menanti pasar perdagangan digital Indonesia, saat ini 72% konsumen Indonesia memilih berbelanja online untuk menghemat waktu dari pada uang, 55% penduduk Indonesia tinggal di perkotaan, penggunaan mobile phone 124% terhadap jumlah populasi, memiliki 175,4 juta pengguna internet dan 160 juta aktif di social media. Ini adalah kenyataan yang cukup baik untuk dapat dikelola sebagai peluang.
Terdapat 2 tipe digitalpreneur
yang dapat dimanfaatkan, yaitu : startup business dan Small Business. Starup
business menurutnya memiliki karakter fokus untuk menyelesaikan sebuah masalah
besar di masyarakat, metriknya didasarkan pada Customer Acquisition, CLV, Churn
Rate, sisi finansial melalui Brand Valuation lewat publikasi, investasi atau
jumlah customer serta sisi funding berasal dari Angel Investor atau Venture
Capital. Sedangkan Small Business atau yang kita kenal dengan istilah UKM di
Indonesia ini merupakan pilihan yang terbaik jika faunding berasal dari diri sendiri
atau pinjaman bank karena tipe bisnis ini berorientasi untuk meraih BEP atau
keuntungan dalam waktu singkat, 6 – 12 Bulan karenanya metriknya didasarkan
pada Revenue dan Net Profit Margin.
Pada akhir penyajian Gio, moderator pada sesi acara ini, Suparno Saputra, SE.MM. yang juga merupakan Ketua Program Studi D3 Manajemen Pemasaran, setelah menyampaikan resume hasil paparan narasumber selanjutnya menyampaikan harapannya kepada para mahasiswa dan para peserta acara ini untuk secara bersama-sama mengembangkan mental kewirausahaan yang peka terhadap perkembangan kebututuhan masyarakat dan pola hidup modern. Dia mengingatkan kembali tentang kegagalan startup yang mencapai 90% dikarenakan membuat produk yang tidak sesuai keinginan masyarakat.
Kontributor : Yusril Helmi
Setyawan